Pasar saham memang tidak selalu naik. Dalam siklus ekonomi, akan selalu ada saat-saat di mana pasar mengalami penurunan signifikan yang dikenal sebagai bear market.
Kondisi ini seringkali ditandai dengan penurunan indeks saham lebih dari 20% dari puncaknya, disertai ketidakpastian ekonomi dan sentimen negatif yang meluas.
Bagi investor, bear market bisa menjadi momok yang menakutkan – nilai portofolio menurun drastis, panik mulai melanda, dan keputusan emosional bisa merusak strategi jangka panjang.
Rekomendasi
Tapi tenang, resesi bukan akhir dari segalanya. Dengan strategi yang tepat, Anda bisa tetap bertahan, bahkan memanfaatkan peluang di tengah krisis.
Berikut ini cara melindungi dan mengelola portofolio saham di masa resesi, mulai dari strategi hedging, diversifikasi aset, hingga pemilihan saham defensif.
Apa Itu Bear Market dan Mengapa Terjadi?
Bear market biasanya terjadi akibat kombinasi faktor berikut:
- Krisis ekonomi global atau domestik
- Kenaikan suku bunga yang tajam
- Penurunan laba perusahaan secara luas
- Ketegangan geopolitik
- Pandemi atau bencana besar
Selama bear market, investor cenderung menjual aset berisiko dan mencari instrumen yang lebih aman, sehingga tekanan jual menekan harga saham.
Strategi 1: Diversifikasi Portofolio
Kenapa Penting?
Jangan meletakkan semua telur di satu keranjang. Diversifikasi membantu mengurangi dampak kerugian dari satu sektor atau saham tertentu.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Sebar investasi ke berbagai sektor: Jangan hanya di saham teknologi atau properti, masukkan juga sektor kesehatan, konsumer, atau energi.
- Tambahkan instrumen non-saham: Obligasi, emas, atau reksa dana pasar uang bisa menjadi bantalan saat saham ambruk.
- Investasi global: Pertimbangkan ETF atau saham luar negeri yang mungkin tidak terdampak sebesar pasar lokal.
Strategi 2: Pilih Saham Defensif
Apa Itu Saham Defensif?
Saham dari perusahaan yang produknya tetap dibutuhkan walau ekonomi sedang lesu. Konsumsi tetap berjalan, meski daya beli turun.
Contoh Saham Defensif:
- Sektor Konsumer Primer: Perusahaan makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari (misal: ICBP, UNVR)
- Sektor Kesehatan: Rumah sakit dan produsen farmasi (misal: KLBF, SIDO)
- Sektor Utilitas: Listrik, air, dan gas
Kenapa Efektif?
Saham defensif biasanya:
- Memiliki arus kas stabil
- Lebih tahan terhadap fluktuasi permintaan
- Sering tetap membayar dividen rutin
Strategi 3: Gunakan Hedging untuk Mengurangi Risiko
Apa Itu Hedging?
Hedging adalah upaya melindungi nilai portofolio dengan membuka posisi atau investasi lain yang berlawanan sebagai penyeimbang risiko.
Cara Hedging Populer:
- Short selling: Meminjam saham untuk dijual sekarang dan dibeli kembali saat harganya lebih rendah.
- Menggunakan ETF invers: ETF yang nilainya naik ketika indeks turun.
- Opsi atau derivatif: Seperti put options yang memberikan hak untuk menjual saham di harga tertentu.
Catatan: Hedging cocok untuk investor yang lebih aktif dan memahami mekanisme pasar derivatif. Untuk pemula, lebih baik konsultasi dulu sebelum menggunakannya.
Strategi 4: Bangun Dana Darurat & Kelola Emosi
Jangan Investasikan Uang yang Akan Dipakai Dalam Waktu Dekat
Pastikan Anda punya dana darurat 6–12 bulan pengeluaran. Bear market bisa berlangsung lama, dan Anda tidak ingin terpaksa jual rugi saat butuh uang.
Kendalikan Emosi
- Jangan panik: Koreksi pasar adalah bagian dari siklus normal.
- Fokus pada jangka panjang: Ingat, pasar selalu pulih – sejarah membuktikannya.
- Tetap berpegang pada rencana investasi awal kecuali ada perubahan fundamental besar.
Strategi 5: Gunakan Peluang untuk Averaging atau Bargain Hunting
Saat harga saham anjlok, justru bisa menjadi momen terbaik untuk top up saham berkualitas di harga murah.
Tips:
- Fokus pada saham dengan fundamental kuat dan track record laba positif.
- Gunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA): beli sedikit demi sedikit secara rutin tanpa perlu menebak kapan bottom.
Bear market memang menantang, tapi bukan alasan untuk menyerah atau keluar dari pasar. Justru di tengah tekanan inilah, mental investor terlatih dan strategi diuji.
Dengan:
- Diversifikasi yang tepat
- Pemilihan saham defensif
- Manajemen risiko dan emosi yang baik
- Kesiapan dana darurat
- dan mungkin sedikit strategi hedging,
Anda bisa tidak hanya bertahan, tapi juga menyiapkan diri menyambut kebangkitan pasar berikutnya.
Ingat, krisis adalah ujian, tapi juga kesempatan. Investor bijak bukan yang panik saat pasar turun, tapi yang tahu apa yang harus dilakukan.